
Masak,
macak, manak. Istilah Jawa tersebut begitu melekat pada wanita sebagai gambaran
mengenai bagaimana tugas sehari-harinya. Tugas wanita setelah menikah yaitu
memasak untuk suami dan anak, macak atau diartikan sebagai bersolek dan manak
yang berarti beranak untuk meneruskan keturunan dalam keluarga. Apakah hanya
tiga tugas di atas saja yang dimiliki seorang wanita?. Jika memang hal tersebut
benar adanya wanita tersebut sebenarnya asisten rumah tangga atau pasangan
hidup?
Memang,
hal di atas disalahartikan sebagai kodrat sebagai seorang istri yang diminta
untuk mengurus semua urusan rumah tangga dan juga merawat suami serta
anak-anaknya. Keinginannya untuk bekerja pun urung diniatkan sehingga
ditinggalkan karena alasan kodrat tersebut.
1. Menikah Untuk Saling
Mencinta, Bukan Menghamba
Setelah
menikah, pria akan kerap lupa alasan mengapa mereka menikah. Jika hal tersebut
terjadi, cinta yang telah diperjuangkan hanya bertahan dalam hitungan bulan
saja yang selanjutnya hubungan antar keduanya akan berubah menjadi relasi tuan
dan hambanya. Pada tahap ini, akan begitu jelas terlihat bahwa siapa yang harus
patuh dan siapa yang harus menurut. Sebagian besar pasangan juga akan membawa
agama agar tindakan yang semuanya tersebut bisa disahkan begitu saja.
2. Membedakan Kodrat
Sebagai
wanita mengalami menstruasi adalah kodrat yang harus diterima karena hal
tersebut sudah terjadi secara alamiah, jika ada hal lain lagi yang terjadi
selebihnya hal tersebut adalah pilihan. Bahkan ketika wanita boleh memilih
untuk hamil dan melahirkan atau tidak. Jika sang wanita memilih untuk tidak
melakukan hal itu, hal tersebut juga sah-sah saja untuk dilakukan.
Untuk
urusan menyapu dan mencuci piring pun itu bukan hanya pekerjaan istri saja.
Namun pekerjaan rumah tangga tersebut seharusnya bisa dibagi oleh semua anggota
keluarga yang bisa dikerjakan secara bersama-sama.
3. Istri Tidak Hanya
Bertugas di Dapur, Sumur dan Kasur
Setiap
orang mempunyai skill yang berbeda-beda, begitu juga dengan semua wanita. Tidak
semua wanita bisa ahli dalam hal memasak dan mengurus rumah tangga. Jika wanita
yang sudah menikah harus menjadi “pembantu” bagaimana dengan mereka yang
mempunyai kemampuan dalam bidang yang lain? Apakah dia harus menyerah dan
berusaha untuk mencintai hobi barunya dengan pisau dan bumbu-bumbu?. Apakah
wanita memang ditugaskan untuk memuaskan suami yang hanya bisa berdiam diri di
dapur, sumur dan kasurnya?
4. Pekerjaan
Ketika
wanita menikah dan kemudian hamil dan melahirkan umumnya menjadi alasan utama
mengapa dirinya harus berhenti bekerja. Karena wanita yang sudah melahirkan
akan mempunyai peran ganda sebagai istri dan seorang ibu untuk anak-anaknya.
Padahal wanita masih ingin menikmati pekerjaan dan menginginkan hanya berhenti sementara dalam urusan pekerjaanya
untuk membesarkan buah hatinya secara bersama-sama.
5. Hubungan Yang
Sesungguhnya Adalah Sebagai Suami Istri
Ketika
menikah suami dan istri mempunyai kekuatan cinta mengenai sebuah perintah.
Namun perintah yang dimaksudkan disini yaitu bagaimana agar membuat perintah
tersebut untuk dilaksanakan secara bersama-sama. Jika kalian sudah menjadi tuan
dan budaknya, maka hal tersebut sudah menandakan bahwa hanya satu pihak saja
yang berkuasa, untuk yang lainnya hanya sekedar menurut saja. Apakah cinta
hanya sekedar demikian saja? Pantaskah cinta hanya bisa menguasai yang lainnya?
6. Memprioritaskan Hal Yang
Sudah Menjadi Kewajibannya
Sudah
menjadi hal yang dilakukan jika dalam rumah tangga harus mempunyai tujuan yang
sama. Tujuan yang sama tersebut diartikan bisa saling bekerja sama dengan baik.
Dalam hal ini bukan hanya menitikberatkan pada pembagian tugas saja, tapi juga
bagaimana kita bisa saling membantu dan memberikan solusi dalam menyelesaikan
tugas tersebut. Agar wanita tidak terus di eksploitasi yang membuat
mimipi-mimpinya hilang hanya demi pernikahan yang sepertinya akan bisa
harmonis.
7. Pemimpin Keluarga
Ketika
wanita berjuang demi rumah tangganya, wanita tidak bisa disebut pemimpin. Namun
prialah yang tetap akan menjadi pemimpin di dalam keluarga kapanpun dan
dimanapun. Padahal, wanita juga patut dikatakan sebagai pemimpin karena selalu
mengetahui semua hal yang berkaitan dengan suami, anak hingga urusan rumah
tangganya.