- Janganlah memakai pakaian secara berlebih-lebihan. karena berlebihan itu perilaku saitan. bagi pra wanita baca artikel ini.
Akhwat
adalah bentuk jamak dari ukhtun, artinya saudara (perempuan). Akhwat di
sini bisa bermakna saudara dalam keluarga ataupun saudara dalam arti
yang lebih luas. Seperti saudara seiman, saudara sekampung, atau
lainnya. Kita sering memanggilnya ukhti (saudaraku) jika sendiri atau
akhwati jika jamak.
Namun di Indonesia sendiri, akhwat memiliki
pengertian yang lebih spesial. Tidak hanya sekedar saudara perempuan
atau wanita. Sapaan akhwat ini biasanya melekat pada wanita-wanita
muslimah aktivis dakwah baik itu di kampus maupun di masyarakat luas
yang memiliki ciri-ciri berjilbab syar’i, berpakaian longgar, memakai
kaos kaki, sederhana dalam berbusana (tidak berlebihan), menghindari
make up, tempat nongkrongnya adalah majelis-majelis ilmu, rajin sholat
(wajib dan sunnah), puasa, baca Qur’an, dan lain-lain. Dan kalau say
hello selalu dengan "Assalamu’alaikum..." lebih dulu. Kalau kata
teman-teman zaman SMA dulu, mereka adalah bidadari dunia.
Akhwat
yang kita kenal dengan keseharian sederhana dan tidak bertabarruj dalam
kehidupan sehari-hari ini sungguh menawan dengan kesederhanaannya.
Menawan dengan apa adanya dan tetap cantik tanpa maskara. Namun
sayangnya, mereka yang selalu mendakwahkan Islam, mereka yang mampu
menjaga penampilan dan cara berpakaian yang sesuai syari'at ini,
kebanyakan gagal mempertahankan "kesyar’i-an" itu justru di hari yang
berkah, di hari yang harusnya tidak terkotori oleh hal-hal subhat
apalagi sampai pada hal yang haram, yaitu hari resepsi pernikahan
(walimatul ‘ursy).
Yang ingin saya sorot di sini adalah soal bulu mata palsu yang kerap menjadi penghias wajah saat akhwat akan naik ke pelaminan.
"Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan meminta rambutnya disambung." (Shahih al-Bukhari, no: 5934)
Ini
menjadi sebuah dilema di kalangan akhwat yang akan menikah. Terkadang,
bukan keinginan mereka untuk memakai bulu mata palsu saat menikah namun
permintaan keluarga terlebih orang tua yang kekeuh agar putrinya tampil
beda dan makin cantik dan mereka (para akhwat) tidak memiliki daya untuk
menolaknya.
Kita harus menentukan konsep seperti apa resepsi pernikahan
kita
nantinya dan membincangkannya pada orangtua agar mereka paham sehingga
mengerti dengan sendirinya apa yang boleh dan tidak boleh. Karena itu
sebenarnya, menikah butuh persiapan jauh-jauh hari bahkan sebelum adanya
proses ta’aruf atau lamaran.
Sayang kan, kalau proses ta’arufnya
sudah sesuai syari’at namun saat hari H kita gagal memperjuangkan
syari’at di momen yang hanya sekali seumur hidup?
Berikut langkah-langkah yang bisa ukhti-ukhti lakukan untuk menghindari hal tersebut, yaitu:
1 - Dekati ibu
Kenapa
ibu? Karena ibu adalah kunci suksesnya pernikahan kita. Sebab ibulah
yang biasanya mempersiapkan semua hal yang berhubungan dengan resepsi
pernikahan putrinya, dari mulai membeli/mengadakan pakaian pengantin,
sewa tenda dan pelaminan, dekorasi, konsumsi, dan lain-lain. Nah, kalau
kita sudah jalin komunikasi yang baik dengan ibu jauh-jauh hari, Insya
Allah kalau pun ada salah satu dari keluarga yang komplain dengan
penampilan kita saat walimah, tidak akan berarti apa-apa selama ibu
merestui.
2 - Minta bantuan Ayah
Ayah adalah sosok yang
paling cocok diajak bicara dan bekerja sama. Karena Ayah biasanya selalu
menggunakan logika sehingga mudah menerima alasan dan penjelasan serta
tidak terlalu repot dan khawatir dengan kalimat "gimana kata orang,
pengantin kok ga pake make up, kan ga papa sekali-kali pakai bulu mata
palsu..., bla bla bla..." Minta bantuan ayah jika terasa sulit
menjelaskan pada ibu. Sebab bagaimana pun, ayah adalah orang yang paling
mengenal karakter ibu jauh sebelum kita dilahirkan.
3 - Bicara dari hati ke hati
Dalam
hal ini, kita harus belajar dari kisah Nabi Ibrahim yang begitu santun
pada orangtuanya padahal ia tahu bahwa bapak ibunya adalah penyembah
berhala dan tidak beriman pada Allah. Namun beliau tetap berbicara dan
menjelaskan dengan bahasanya penuh cinta saat orangtuanya menentang
keimanannya.
4 - Berdo’a
Perbanyak sujud dan memohon
kemudahan pada Allah. Sesungguhnya yang mampu membolakbalikkan hati
adalah Allah, maka mintalah agar Allah melembutkan dan melunakkan hati
orang-orang yang sulit sekali diajak bekerjasama untuk menciptakan
resepsi yang sesuai syari’at. Baik konsep pernikahan, tempat tamu,
pelaminan, pakaian pengantin, make up, dan lain-lain.
5 - Yakin dan berbaik sangka pada Allah
Kalau
kita sudah berdoa, sudah berusaha dengan segenap kemampuan, maka kita
harus yakin dengan apa yang kita doakan pada-Nya. Yakin Allah pasti
memberi jalan, yakin Allah pasti memudahkan, yakin Allah akan
mengabulkan doa baik kita dan berbaik sangka atas segalanya, karena
Allah bersama prasangka hamba-Nya.
Intinya, fenomena bulu mata
palsu ini bisa dihindari bahkan sangat mungkin dihindari bila kita sudah
membicarakan dan menjelaskannya pada keluarga dan orang tua jauh-jauh
hari.
Maka, semakin cepat kita bincangkan akan semakin baik dan
Insya Allah orang tua akan semakin mengerti bagaimana konsep pernikahan
yang islami sesungguhnya. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat.
Sekiranya
artikel ini penting bagi bunda, silahkan di share kepada orang-orang
tersayang agar lebih bermanfaat untuk orang banyak.
terima kasih telah membaca artikel ini semoga bermafaat.