![]() |
KISAH NYATA ! Perjalanan Pedagang Pilu Renta yang Dagangannya Ditawar |
Uang memang tidak bisa dimakan, tapi dengan uang seseorang bisa membeli makanan. Ini bukan zaman dimana segalanya bisa didapat dari alam. Terlebih ketika hidup di perkotaan yang tiada halaman bisa ditanam benih-benih sumber makanan. Setiap hari hanya terlihat gedung tinggi menjulang dengan aktivitas lalu lalang orang yang malang, mengaku kehidupannya tercukupi karena sibuk mencari uang padahal tidak ada waktu yang bisa dinikmati.
Ingatkah
Anda, baru-baru ini ada fenomena pengunjung taman bunga amarylis yang
menginjak-injak tanaman cantik itu? Mereka beralasan, sudah bayar jadi
bisa menuntut hak. Ketika tanaman terinjak itu berarti tidak ada yang
salah karena hak mereka telah terpenuhi. Orang-orang seperti itu
merupakan salah satu ciri orang yang menuhankan uang. Segalanya diukur
dengan uang.
Karena
uang juga manusia berlaku tak manusiawi, ketakutan kehilangan uang
sebab sulit dicari. Pelit menjadi salah satu sifat seseorang yang juga
mendewakan uang. Beberapa orang bahkan suka menawar ke pedagang kecil
hanya karena merasa tidak sebanding uang yang dikeluarkan hanya untuk
membeli barang di tempat yang tidak sekelas supermarket.
Harga Tak Sebanding dengan Usahanya
Orang-orang
seperti itulah yang membuat pilu seorang pedagang kecil bernama Mbah
Atmo Slamet. Seorang kakek tua berusia 90 tahun yang masih berjualan
sapu ijuk dan sapu lidi keliling. Dengan langkah yang sekuat saat muda,
belum lagi sengatan matahari yang menerpanya, ia menjual satu sapu
seharga Rp 6.000 (enam ribu rupiah).
Hanya sebuah unit becak, ia membawa sapu-sapu itu keliling Dlingo, salah satu kecamatan di Bantul, Yogyakarta.
Lihatlah
sosok Mbah Atmo itu, masihkah tega kita suka menawar ke pedagang kecil
yang hanya untuk 15 ribu sehari? Jika masih ditawar, berapa banyak
rupiah yang akan menjadi upah seorang pedagang kecil. Padahal,
supermarket yang harganya lebih mahal saja tidak pernah Anda tawar
harganya dengan alasan malu. Seharusnya, Anda lebih malu dengan Mbah
Atmo yang penghasilannya tidak lebih besar daripada pembelinya.
Sosok Mbah Atmo Ada Disekitar Kita
Perhatikan
disekitar kita, sosok seperti Mbah Atmo tidak hanya satu dua orang
saja. Melainkan banyak dari mereka yang mungkin mencoba menawarkan
barang dagangannya kepada kita dengan harapan kita mau membeli. Jika
Anda menemukan pedagang kecil seperti Mbah Atmo, jangan tawar barang
dagangannya.
Lupakan
kualitas barang yang dijual, jangan harapkan soal pelayanan, ambillah
dan bayar dengan tunai. Kalau perlu dan pedagang itu berkenan usahlah
minta kembalian. Dan lihatlah raut wajah mereka ketika dagangannya
diborong seseorang.
Bayangkan jika mereka adalah bagian dari anggota keluargamu. Maka doa-doa kebaikan akan muncul secara spontan dari hati Anda.
Sekali
lagi, jangan suka menawar ke pedagang kecil. Nilai harga barang
dagangan mereka tidak sebanding dengan ayam goreng yang kita santap
setiap hari. Mereka membutuhkan berhari-hari bahkan bertahun-tahun untuk
hanya sekedar menikmati daging sapi.
Semoga
bermanfaat, Silahkan share artikel ini kepada yang lainnya, untuk
saling mengingatkan agar kita tak menawar pedagang kecil