Diberdayakan oleh Blogger.

Shopping Cart Details


Order Details Amount
GRAND TOTAL:

Please choose a checkout option.
No personal data required.

Send in Orders

It's Quick & Easy! Details here will not be published.

Please include messages to us here.

Checkout

Popular Posts

Subhanallah !!! Sungguh Cerita Tukang Bubur ini Bikin Terharu Hingga Meneteskan Air Mata !

  



Subhanalloh !!! Sungguh Cerita Tukang Bubur ini Bikin Terharu Hingga Meneteskan Air Mata !

“Bolehlah…” kata Fashhan.

Kami duduk di tukang bubur. “Pak, pesan 2 yaa… yang satu tidak gunakan kacang, ” kataku.

Tak berapakah lama ayahnya serta si bungsu Altaf Bazla Abbasy turut berhimpun serta turut pesan.

“Kak… Saat itu bubu sama bapak pernah makan di sini. Selalu ada anak-anak kecil beli seribu rupiah doang, ehh… dilayanin loh! Baik banget

Ayah pedagangnya. Mana 4 bocah itu bawel banget belinya. Minta pakai ini, itu, tidak pakai ini, itu… Namun Bapaknya sabar banget, ” narasi saya sembari tertawa.

“Hah? Seribu rupiah? ” Fashhan dan altaf tertawa. “Masa seribu rupiah? ” tuturnya lagi.

“Ih beneran. Bertanya saja pada Ayah. Anak berempat itu bawa duit 2 beberapa ribu 2 lembar, ” kataku.

“Lho iyaa beneran, ” kata ayahnya menimpali.

Ke-2 anakku tertawa. “Seribu rupiah dapet bubur, ” kata mereka.

“Loh tidak yakin? Ini beneran. Bahkan juga porsinya diberi sama saja dengan jumlah yang diberi ke kita. Kelak dengarkan nih Bubu bertanya

Bapaknya. ”

Saat ayah tukang usai menghidangkan pesanan, saya juga menyapanya.

“Pak… saat itu saya pernah beli disini. Ada anak-anak kecil beli bubur seribu rupiah Ayah layani. Apa tidak rugi? ” bertanya saya.

“Oohh…” tuturnya sembari tertawa.

“Itu nyaris setiap hari ada saja Bu. Itu anak-anak dari lingkungan sini. Ya dilayanin saja Bu, kasihan namanya anak-anak takut dia kepengen. Saya

sukai ngukur ke tubuh sendiri, jadi inget sama anak sendiri. Gampang – mudahan bila anak saya ada kepengenan, ada yang ngasih keringanan, ”

tuturnya.

“Lah tidak rugi Pak? ” bertanya saya

“Rugi sih jualan bubur ini, alhamdulillah belum pernah, paling ngepas saja. Terkadang bila sepi, tidak setelah juga saya bagiin saja. Yah… Allah miliki

hitung-hitungan sendiri ya. Semoga agar juga terkadang tidak untung duit dapet hitungan untung amal. Jadi tetaplah untung, ” tuturnya sembari tertawa.

Lalu kami terlibat perbincangan hal-hal lain, beliau ini telah lebih



inherit ; " 5 th. berjualan bubur, terlebih dulu pernah berjualan sayur, resikonya besar lantaran sayuran cepat layu dan tak semua laris, sesudah

krismon 98 harga sayur tidak stabil, pusing jualannya tuturnya, pernah ganti jual ikan asin, namun nyatanya resikonya juga semakin besar lagi.

Saat bangkrut, coba jual koran, namun itu juga berat juga lantaran saat ini sama agen yang tidak laris tidak dapat diretur. Alhamdulillah jualan

bubur dapat lebih kebantu lah tuturnya.

Rahasia bertahannya yaitu menggunakan semuanya bahan baku yang baik. Saya beli beras paling baik, ayam juga ayam fresh petelur, dahulu gunakan ayam

kampung, namun saat ini tidak masuk harga nya. Kelak orang tidak dapat beli jadi tuturnya.

“Saya tidak ingin ngasih asal-asalan terlebih digabung bahan macem-macem soalnya saya juga tidak ingin bila beli makanan diberi bahan

yang tidak bagus atau makanannya diberi obat atau digabung apa, kan buat penyakit. Tidak apa-apa untung tidak tebal yang utama barokah saja, ”

imbuhnya.

Saat kami terlibat perbincangan, empat anak umur 5-6 tahunan datang. “Paaaaakk minta duit, ” tuturnya. Ayah itu segera bangun buka laci

mengambil duit receh. Saya fikir anak ini yaitu anaknya, namun fikiran saya terjawab saat satu diantara rekan anak yang minta duit itu

ajukan pertanyaan pada anak yang minta duit.

“Ini Ayah lo? ” tanyanya.

Anak itu menjawab “Bukaaaannn! ” jawabnya dengan ekspresi muka yang lucu.

Saya serta Fashhan sama-sama pandang menahan heran.

“Mau beli apa, Nong? Beli es? Nih keduanya sama ya…” kata ayah itu sembari tertawa cerah.

“Pak… itu anak siapa? ” Bertanya saya.

“Anak-anak orang sini Bu. Umum itu kelak gantian ada anak-anak kecil lain lagi, ” tuturnya sembari tertawa.

“Pak… Kelak anak-anak itu rutinitas minta-minta, ” kata saya prihatin.

“Didoakan saja tidak demikian bu… semoga saya jadi masa lalu sebaiknya anak-anak saja. Umumnya besar dikit juga mereka telah malu minta,

bila saya seneng-seneng saja. Namanya juga anak-anak, sama anak-anak kita harus kasih sayang, jadi mereka juga kasih sayang sama kita

nanti. Umumnya Bila yang telah agak besar, mulai ngerti. Umumnya dinasehatin kita juga lebih mudah. Saya telah kerap demikian, ”

tuturnya.

Saya serta anak-anak tersenyum. Memanglah ayah ini demikian baik hati. Mudah-mudahan Allah melimpahkan kasih sayang untuk Ayah serta anak Ayah

atas benih kasih sayang yang senantiasa ditebar, mudah-mudahan senantiasa sehat serta dimurahkan rezekinya lantaran banyak hati yang dibahagiakan.

 


Instagram Sorot Publik


Info Section Text