
“Saat tak ada amplopan, muka cemberut tersenyum kecut, kopi pahit terasa di mulut, Abang tiba tak dihiraukan”
Sahabat
Ummi, ada diantara istri yang berlaku demikian terhadap suaminya. Istri
yang di saat suaminya memberi rezeki seperti yang ia harapkan, ia akan
melayaninya dengan sepenuh hati dan menjalankan kewajibannya dengan
paripurna. Tetapi di kala suami pulang dengan rezeki jauh dari bayangan,
ia pun enggan memberikan hak suaminya bahkan berani mencelanya.
Lalu, bagaimana sebaiknya istri bersikap terhadap pasang surut rezeki suami?
1. Bersikap Qana’ah
Sikap
qana’ah/merasa cukup menjadi benteng terdepan bagi istri, sehingga ia
ikhlas menerima berapapun pemberian suaminya, banyak atau sedikit, lebih
maupun kurang, tetap bersyukur atas rezeki dari Allah tersebut.
Dari
Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, Rasulullah bersabda : “Sungguh sangat
beruntung orang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang
secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa
cukup dan puas) dengan pemberian-Nya” (HR Ibnu Majah)
Dari
Ibnu ‘Umar, Rasulullah bersabda : “Wahai kaum wanita, bersedekahlah dan
perbanyaklah istighfar karena aku melihat penghuni neraka terbanyak
adalah (kaum) kalian.’ Kemudian diantara mereka ada seorang wanita
bertanya, ‘Kenapa (kaum) kami menghuni sebagian besar neraka?’ Beliau
menjawab, ‘Karena kalian sering melaknat dan mengingkari (kebaikan)
suami’.” (HR Muslim)
2.Berprasangka baik pada suami
Mengedepankan
sikap husnudzon/baik sangka. Jangan dulu berpikir buruk saat pemberian
suami kurang dari biasanya. Siapa tahu dagangan hari itu sedang kurang
laku, barangkali ia memakai uangnya untuk membeli sesuatu yang sangat
perlu atau mungkin ia memberikan ke saudara yang perlu dibantu.
Berbaiksangkalah, tidak perlu curiga dan tanyakan dengan hati-hati kalau
memang ingin tahu alasannya.
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka karena sebagian
dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS Al-Hujurat 12)
3.Sabar dan syukur
Hidup
ini antara sabar dan syukur, separuhnya iman itu sabar, lalu separuhnya
lagi adalah syukur (Imam Ghazali). Sabar dan syukur menjadi kunci utama
bagi istri sehingga tak akan membedakan perlakuan terhadap suami, baik
kurang atau lebih rezeki yang diberi.
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kalian
bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepada kalian, dan jika
kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS Ibrohim 7)
“Sungguh
menakjubkan orang beriman, semua urusannya baik bagi dirinya. Dan itu
tidak akan terjadi kecuali pada orang beriman. Apabila diberi sesuatu
yang menyenangkan, ia akan bersyukur, dan apabila diberi musibah/sesuatu
yang tidak menyenangkan, ia akan bersabar. Dan kedua-keduanya baik
baginya” (HR Muslim)
4.Hargai perjuangan suami
Daripada
meributkan rezeki hasil jerih payah suami, lebih baik apresiasi
perjuangannya untuk mendapatkan rezeki itu. Bayangkan saat suami harus
sabar berhadapan dengan atasan yang terlalu menekan, wajib hati-hati
bekerja karena resiko pekerjaan yang rentan kecelakaan, mesti menembus
kemacetan untuk pergi dan pulang, juga harus bersahabat dengan cuaca
saat bekerja di lapangan. Jadilah istri yang tersenyum indah saat
menyambut suami, ridha menerima pemberiannya, mendamaikan segala keluh
kesahnya, mendoakan kelapangan rezekinya pun selalu bersyukur pada Allah
atas segala nikmat-Nya.