
Pihak mempelai wanita terkadang menginginkan mahar yang sangat tinggi, hal ini dikarenakan banyak para artis, pejabat dan tokoh-tokoh yang menjadi panutan masyarakat mengadakan pesta pernikahan secara glamour, tentu saja para masyarakat pun ingin meniru pesta pernikahan yang diadakan oleh artis serta para pejabat tersebut.
Hal ini karena tokoh panutan yang ada tidak pantas untuk dipanuti karena tak memiliki kepribadian yang sederhana. Sekarang ini kita sangatlah membutuhkan tokoh yang bisa memberikan masukan mengenai pernikahan seperti zaman Nabi dan bukan memberikan masukan saja akan tetapi juga
Berbanding 360 derajat zaman sekarang dengan zaman Nabi, pada zaman Nabi untuk melakukan pernikahan pihak laki-laki tidak sampai berhutang. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’id dia berkata;
“Rasulullah, menikahkan seorang laki-laki kepada seorang perempuan dengan mahar dari besi,” (H.R Hakim).
Rasulullah SAW. juga besabda;
“Sebaik-baik maskawin adalah yang paling mudah (memenuhinya),” (H.R Abu Daud).
Dari kedua hadis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasanya mahar (mas kawin) yang paling baik adalah yang tidak memberatkan bagi pihak laki-laki serta janganlah sampai meminta mahar yang memberatkan pihak laki-laki meskipun tidak ada ukuran dalam menentukan jumlah mahar.
Dalam pernikahan wajib memenuhi rukun-rukun pernikahan yaitu adanya calon mempelai laki-laki dan perempuan, wali, 2 orang saksi serta ijab kabul. Meskipun mahar tidak masuk ke dalam rukun pernikahan tetapi mahar juga wajib diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan sesuai dengan perjanjian yang dilakukan sebelum ijab kabul.