Kita sudah
lama mengenal dan memahami, kalau cinta tidak perlu komentar banyak orang. Kita
sudah sama-sama sudah tahu, Siapa pemilik hati ini dan kemana hatimu akan kau
berikan. Kamu dan aku yang tidak akan pernah menjadi kita, jika tidak ada yang
berani jujur lebih dulu dan mengungkapkan rasa. Semestapun mungkin sudah tau,
bagaimana akhir dari kisah kita yang berawal dari sebuah persahabatan hangat.
Kamu ngasih kode mulu, kalau begitu terus kapan kita akadnya. Jujur pada pesaraan akan
membuat beban penantian semakin berkurang, apalagi kalau langsung berani
mengutarakan niat meminang. Karena komitmen pria untuk memulai hidup bersama
adalah bukti kesetiaan yang sejati.
Sebenarnya
aku bisa saja pergi dan memilih pria lain. Tapi bagaimana mungkin, hati ini
sudah terlanjur meilihmu. Tinggal menunggu waktu saja, adakah keberanian dalam
hatimu untuk bertemu dengan kedua orang tuaku. Kalau pun tidak ada keseriusan
macam itu dalam hatimu, salahku yang sempat memberi kepercayaan padamu.
Terjemahkan
lah cinta itu dalam bentuk pernikahan, bukan hanya sekedar symbol atau kode
yang sulit untuk aku mengerti. buktikan pada dunia, kalau kau layak untuk
menjadi seorang imam dalam keluarga. Jelaskan pada kedua orang tuaku, kalau kau
pantas untuk menjadi pendamping dalam hidupku. Yakinkan pada orangtuamu, kalau
aku bisa menjagamu dengan baik.
Aku hanya
seorang wanita yang hanya bisa berani menunggu, tidak sepertimu yang bisa
berani menyatakan cinta. Aku hanya bisa setia, tidak ada keberanian untuk
mengungkapkan rasa. Padamu aku jatuh hati, jagalah ia dengan bukti yang sejati.
Sebuah akad dua orang laki-laki yang memiliki satu visi. Kehidupan bahagia di
dunia dan surga di akhirat nanti.
Jangan membuatku
menunggu terlalu lama, buktikan kalau kau benar-benar lelaki.