- Alkisah ada seorang pria bernama Jon, seseorang pria lulusan sebuah
universitas ternama, yang hidup di sebuah rumah yang sederhana bersama
dengan istrinya, Lea. Kehidupan Jon selesai kuliah sangat sederhana
serta penuh kemalasan. Keluarga kecil ini hidup dari uang yang didapat
dengan susah payah oleh Lea.
"Aku ini lulusan perguruan tinggi. Mana bisa kerja asalasalan. Kamu ini
cuma cewek, ngerti apa?" Kata Jon waktu istrinya meminta Jon untuk juga
bekerja.
"Jon, kalau gitu, aku kan selalu pulang malam habis kerja, kamu masak
nasi ya dirumah." Kata Lea waktu dia serta Jon mengobrol di depan TV
yang menyala.
"Aku ini cowok yang akan punya kerjaan gede! Soal masak nasi sama
beresberes rumah, itu urusan kalian para cewek." Katanya sambil selalu
melihat acara TV yang ada di depannya. Lea cuma bisa masuk ke kamar
dengan sedih.
Namun katakata Jon ini tidak bikin Lea menyerah. Esok harinya, dia
bertanya lagi pada Jon, "Jika gitu, kamu pagi-pagi ikut aku saja
jagalah kiosku yang kecil itu. Saat ini pengunjung mulai banyak, aku
sulit jika kerja sendirian. Jika kita suami istri samasama usahakan
tempat itu serta usahanya jadi besar, kan lumayan juga. "Mulai sejak
awal, Lea sudah berpikir untuk meminta Jon menemaninya berjualan sop
buntut yang tengah dia lakoni. Jon juga sudah lama tidak memperoleh
pekerjaan, dia fikir tak ada salahnya juga bila Jon membantunya
membesarkan usaha berjualannya."
Namun tidak disangka Jon membalikkan kepala dari game yang sedang dia
mainkan di computer serta berkata, " Halah. Yang kamu punya itu kan cuma
kios kecil. Tidak mungkin bisa gede! Lagian aku ini orang terpelajar!"
"Masa susah-susah belajar cuma jadi pedagang?" Jon lalu menutup
mulutnya, membalikkan kepalanya ke layar computer, serta melanjutkan
permainannya. Lea cuma dapat melanjutkan perjuangannya sendirian.
Bukan sekedar berjualan, sepulang kerja dia juga masih harus membereskan
rumah yang berantakan. Sedang suaminya, Jon, cuma bisa bermain game
setiap hari, nonton TV, atau keluar dengan kakaknya untuk minum bir
serta berjudi.
Suatu hari, waktu Jon mendengar ada orang yang menggosipkan soal sop
bun`tut Lea yang mulai diincar oleh perusahaan besar serta mereknya
"Lea, tuturnya sop buntut anda mulai diincar perusahaan besar, serta kamu bisa jadi manager di sana?"
" Iya, kenapa?" Jawabnya sambil mempersiapkan makan malam sambil membelakangi Jon.
"Eh itu perusahaan besar yang aku bahkan juga pernah denger. Kamu bisa tidak rekomendasiin aku kedalam?"
"Kamu punya pengalaman dibagian produksi?"
"Tidak ada."
"Kamu punya pengalaman jadi pemimpin tim?"
"Hmm... Kayaknya tidak ada..."
"Kamu punya pengalaman kerja didalam kelompok?"
"Tidak ada..."
"Terus kamu mau kantor kita harepin apa dari kamu?"
"Tapi aku lulusan universitas. Seenggaknya aku pernah belajar di sekolah dulu."
Tidak lama sesudah peristiwa ini, Jon memperoleh secarik surat yang di
dalamnya bertuliskan tulisan tangan istrinya bersama dengan selembar
surat permintaan cerai.
Ini yang tertulis di dalamnya :
Kamu bisa masak nasi nggak? Nggak.
Kamu bisa bersihin rumah? Nggak.
Kamu pernah ngalamin kesulitan yang aku alami selama ini? Nggak.
Apa kamu pernah berusaha keras buat menjaga keluarga? Nggak.
Aku ini perempuan. Aku ini istrimu. Aku kerja susahsusah, kerja
capekcapek di luar, kamu cuma bisa main game serta menghabiskan uang
untuk minum bir.
Aku udah kerja susahsusah, namun pulang masih harus beresin rumah.
Dimatamu semuanya hal yang perlu kulakukan serta kewajibanku seorang.
Jon, pekerjaan yang baik juga hilang lantaran kamu tidak mau berusaha.
Perasaanku juga sudah dingin seiring waktu.
Sekarang, karena kerja juga kewajibanku, cari uang untuk keluarga juga
kewajibanku, bersihin rumah juga kewajibanku, kamu pergi saja dari
hidupku karena keluargaku nggak perlu seorang pria yang bahkan nggak
bisa jadi suami.
Kesempatan itu terkadang tidak datang 2x. Namun kesempatan itu terkadang
tidak datang tanpa disertai usaha yang cukup. Ingin punya mimpi yang
besar, boleh. Ingin punya pekerjaan yang baik, tentu tidak salah. Ingin
mimpi serta citacitamu tercapai, tentu itu hal yang baik. Namun jangan
lupa, setiap hal yang besar dimulai dari hal yang kecil.